BAibika Adalah Cintaku

0 komentar
Semenjak aku SMA, aku selalu pilih-pilih dalam mencintai wanita. Itulah mungkin yang mengakibatkan aku tidak pernah mendekati seorang cewek pun di SMA. Padahal boleh dibilang aku ini bukan orang yang jelek-jelek amat. Para gadis sering histeris ketika melihat aku beraksi dibidang olahraga, seperti basket, lari dan sebagainya. Dan banyak surat cinta cewek yang tidak kubalas. Sebab aku tidak suka mereka. Untuk masalah pelajaran aku terbilang normal, tidak terlalu pintar, tapi teman-teman memanggilku kutu buku, padahal masih banyak yang lebih pintar dari aku, mungkin karena aku mahir dalam bidang olahraga dan dalam pelajaran aku tidak terlalu bodoh saja akhirnya aku dikatakan demikian.

Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Malang. Di sini aku numpang di rumah bibiku. Namanya Dewi. Aku biasanya memanggilnya mbak Dewi, kebiasaan dari kecil mungkin. Ia tinggal sendirian bersama kedua anaknya, semenjak suaminya meninggal ketika aku masih SMP ia mendirikan usaha sendiri di kota ini. Yaitu berupa rumah makan yang lumayan laris, dengan bekal itu ia bisa menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di SD.

Ketika datang pertama kali di Malang, aku sudah dijemput pakai mobilnya. Lumayanlah, perjalanan dengan menggunakan kereta cukup melelahkan. Pertamanya aku tak tahu kalau itu adalah mbak Dewi. Sebab ia kelihatan muda. Aku baru sadar ketika aku menelpon hp-nya dan dia mengangkatnya. Lalu kami bertegur sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih 32 tapi dia sangat cantik. Rambutnya masih panjang terurai, wajahnya sangat halus, ia masih seperti gadis. Dan di dalam mobil itu aku benar-benar berdebar-debar.

“Capek Dek Iwan?”, tanyanya.
“Iyalah mbak, di kereta duduk terus dari pagi”, jawabku. “Tapi mbak Dewi masih cantik ya?”

Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”.

Selama tinggal di rumahnya mbak Dewi. Aku sedikit demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya. Banyak sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari mbak Dewi. Dari kesukaannya, dari pengalaman hidupnya. Aku pun jadi dekat dengan anak-anaknya. Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah.

Tak terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di rumah ini. Dan mbak Dewi sepertinya adalah satu-satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin apakah ia cinta juga kepadaku. Apalagi ia adalah bibiku sendiri. Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Dewi sedang nonton televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan. Tampak mbak Dewi asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron.

“Nggak tidur Wan?”, tanyanya.

“Masih belum ngantuk mbak”, jawabku.

Aku duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi-lagi dadaku berdebar kencang. Aku bersandar di sofa, aku tidak melihat tv tapi melihat mbak Dewi. Ia tak menyadarinya. Lama kami terdiam.

“Kamu banyak diam ya”, katanya.

“Eh..oh, iya”, kataku kaget.

“Mau ngobrolin sesuatu?”, tanyanya.

“Ah, enggak, pingin nemeni mbak Dewi aja”, jawabku
“Ah kamu, ada-ada aja”

“Serius mbak”

“Makasih”

“Restorannya gimana mbak? Sukses?”

“Lumayanlah, sekarang bisa waralaba. Banyak karyawannya, urusan kerjaan semuanya tak serahin ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja ke sana”, katanya. “Gimana kuliahmu?”

“Ya, begitulah mbak, lancar saja”, jawabku.

Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk memijat. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya mbak capek”.

“Makasih, nggak usah ah”

“Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?”

Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin saja”

Aku memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali aku meraba ke bahunya. Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa melihat lekukan tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya mbak Dewi besar juga. Tercium bau harum parfumnya.

“Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanya mbak Dewi.
“Nggak punya mbak”

“Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang tertarik ama kamu?”

“Saya aja yang nggak tertarik ama mereka”

“Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya kamu itu sering dikirimi surat cinta”

“Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan cinta tapi sulit mengatakannya”

“Masa’?”

“Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah janda”, aku mencoba memancing.

“Siapa?”

“Mbak Dewi”.

Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu ini”.

“Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak tahu aku bohong?”,

Ia diam.

“Semenjak aku bertemu mbak Dewi, jantungku berdetak kencang. Aku tak tahu apa itu. Sebab aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu pula aku menyimpan perasaanku, dan merasa nyaman ketika berada di samping mbak Dewi. Aku tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari dadaku makin sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi mbak, rasanya sakit sekali ketika aku harus membohongi diri kalau aku cinta ama mbak”, kataku.

“Wan, aku ini bibimu”, katanya.
“Aku tahu, tapi perasaanku tak pernah berbohong mbak, aku mau jujur kalau aku cinta ama mbak”, kataku sambil memeluknya dari belakang.

Lama kami terdiam. Mungkin hubungan yang kami rasa sekarang mulai canggung. Mbak Dewi mencoba melepaskan pelukanku.

“Maaf wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Dewi beranjak. Aku pun ditinggal sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Cukup lama aku ada di ruangan tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun mematikan tv dan menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar mbak Dewi. Aku pun mencoba menguping.

“Apa yang harus aku lakukan?….Apa…”

Aku menunduk, mungkin mbak Dewi kaget setelah pengakuanku tadi. Aku pun masuk kamarku dan tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan mbak Dewi. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan paginya aku dapati celana dalamku basah. Wah, mimpi yang indah.

Paginya, mbak Dewi selesai menyiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar mandi. Melihat mereka dari kejauhan. Mbak Dewi tampak mencoba untuk menghindari pandanganku. Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini nggak ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Setelah ganti baju aku keluar kamar. Tampak mbak Dewi melihat-lihat isi kulkas.

“Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”, tanyanya.

“Apa mbak?”

“Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja? Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya.
“OK”

“Untuk yang tadi malam, tolong jangan diungkit-ungkit lagi, aku maafin kamu tapi jangan dibicarakan di depan anak-anak”, katanya. Aku mengangguk.

Kami naik mobil mengantarkan anak-anak mbak Dewi sekolah. Lalu kami pergi belanja. Lumayan banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng tangan mbak Dewi. Kami mirip sepasang suami istri, mbak Dewi rasanya nggak menolak ketika tangannya aku gandeng.Mungkin karena barang bawaannya banyak. Di mobil pun kami diam. Setelah belanja banyak itu kami tak mengucapkan sepatah kata pun. Namun setiap kali aku bilang ke mbak Dewi bahwa perasaanku serius.

Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak Dewi bahwa aku cinta dia. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku membelikan sebuah gaun. Aku memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat mahal, hampir dua bulan uang sakuku habis. Terpaksa nanti aku minta ortu kalau lagi butuh buat kuliah.

Saat itu anak-anak mbak Dewi sedang sekolah. Mbak Dewi merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya. Dan memberikan sebuah kotak hadiah.

“Apa ini?”, tanyanya.

“Kado, mbak Dewikan ulang tahun hari ini”,

Ia tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu. Matanya berkaca-kaca ia mencoba menahan air matanya. Ia buka kadonya dan mengambil isinya. Aku memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang mewan.

“Indah sekali, berapa harganya?”, tanyanya.

“Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku sambil tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian cintaku pada mbak”

“Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk kamar sambil membawa gaunnya.
Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai baju itu. Ia benar-benar cantik.

“Bagaimana wan?”, tanyanya.

“Cantik mbak, Superb!!”, kataku sambil mengacungkan jempol.

Ia tiba-tiba berlari dan memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan dadanya. “Terima kasih”

“Aku cinta kamu mbak”, kataku.

Mbak Dewi menatapku. “Aku tahu”

Aku memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku sudah bersentuhan dengan bibirnya. Inilah first kiss kita. Aku menciumi bibirnya, melumatnya, dan menghisap ludahnya. Lidahku bermain di dalam mulutnya, kami berpanggutan lama sekali. Mbak Dewi mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke sofa, aku lalu mengikutinya.

“Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”, katanya.

“Aku juga bingung mbak”

Kami berciuman lagi. Mbak Dewi berusaha melepas bajuku, dan tanpa sadar, aku sudah hanya bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya, kuturunkan gaunnya, saat itulah aku mendapati dua buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lalu menurunkan terus hingga ke bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi mbak Dewi ke kamar ganti baju sambil melepas CD-nya.
“Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq, mungkin inilah saat yang tepat”, katanya.

Aku lalu benar-benar menciumi kewanitaannya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku baru pertama kali melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku cinta mbak Dewi. Mbak Dewi meremas rambutku, menjambakku. Ia menggelinjang. Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah bagian paling sensitif bagi wanita.

“Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Dewi memiawik.

“Kenapa mbak?” kataku.

Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. “Aku keluar wan”

Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya.

“Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum.

Ia memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-pijatnya. Oh…aku baru saja merasakan penisku dipijat wanita. Tangan mbak Dewi yang lembut, hangat lalu mengocok penisku. Penisku makin lama makin panjang dan besar. Mbak Dewi menjulurkan lidahnya. Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia hisap, ia basahi dengan ludahnya. Ohh…sensasinya luar biasa.

“Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa wan”, kata mbak Dewi.

“Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”, kataku sambil memegang liang kewanitaannya.
Ia mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring, dan ia ada di atasku. Pahanya membuka, dan ia arahkan penisku masuk ke liang itu. Agak seret, mungkin karena memang ia tak pernah bercinta selain dengan suaminya. Masuk, sedikit demi sedikit dan bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu dengan sofa, lalu ia gerakkan atas bawah.

“Ohh….wan…enak wan…”, katanya.

“Ohhh…mbak…Mbak Dewi…ahhh…”, kataku.

Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Lama sekali ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging beradu. Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH”

Mbak Dewi ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku memeluknya erat. Vaginanya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa.

“Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya.

Aku tak menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur, posisi normal ini membuatku makin keenakan. Aku menindih mbak Dewi, kupeluk ia, dan aku terus menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di ujung. Aku mau meledak. AAHHHH….

“Oh wan…wan…mbak keluar lagi”, mbak Dewi mencengkram punggungku. Dan aku menembakkan spermaku ke rahimnya, banyak sekali, sperma perjaka. Vaginanya mbak Dewi mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan dan tertidur di atas sofa, Aku memeluk mbak Dewi.
Siang hari aku terbangun oleh suara HP. Mbak Dewi masih di pelukanku. Mbak Dewi dan aku terbangun. Kami tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu jamnya menjemput anak-anak mbak Dewi sepertinya.

Mbak Dewi menyentuh penisku. “Ini luar biasa, mbak Dewi sampe keluar berkali-kali, Wan, kamu mau jadi suami mbak?”

“eh?”, aku kaget.

“Sebenarnya, aku dan ibumu itu bukan saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka juga sebagai anakmu”, katanya.

Aku lalu memeluknya, “aku bersedia mbak”.

Setelah itu entah berapa kali aku mengulanginya dengan mbak Dewi, aku mulai mencoba berbagai gaya. Mbak Dewi sedikit rakus setelah ia menemukan partner sex baru. Ia suka sekali mengoral punyaku, mungkin karena punyaku terlalu tangguh untuk liang kewanitaannya. hehehe…tapi itulah cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku. Kami akhirnya hidup bahagia, dan aku punya dua anak darinya. Sampai kini pun ia masih seperti dulu, tidak berubah, tetap cantik.


Story by:
dracomalfoy2

Satu Alu Tiga Lumpang

0 komentar
Sebelum aku mulai, ada baiknya aku ulas pemain sandiwara dunia yang aku ceritakan nanti. Untuk menjaga privasi, bagi pribadi-pribadi yang terlibat --yang sampai aku tulis ini belum dimintai persetujuan-- maka semua nama aku samarkan. Mudah-mudahan bung Wiro setuju.

Kanthong, seorang pria kurus dengan tinggi badan 155 cm, usil, anak tetangga rumah yang jadi sohibku sejak kanak-kanak, sifatnya yang penakut sehingga jarang sekali melaksanakan setiap hajatnya tanpa seorang teman.
Kulit hitam rambut keriting tampang mirip Rully Nere yang pemain bola (aku dan dia juga hobi bola).

Pak Dwi, pria ganteng dengan tinggi badan sekitar 170 cm, guru STM Swasta di kotaku, lulusan FKIP di kota Yogya, kulit putih, ramah (rajin menjamah;-p), punya dedikasi tinggi dalam mengajar (yang aku lihat dari luar).

Ibu Ning, istri pak guru, perawakan sedang dengan satu anak, jadi belum begitu mekar, kulit sawo matang, muka mirip Sherly Malinton dan potongan rambutnyapun seperti dia. Orangnya supel, enak diajak bicara, keluaran Universitas terkenal di kota Yogya jurusan Teknik mesin, mengajar di STM Negeri di kotaku.

Nunik, adik bu Guru yang punya perawakan sintal, dan wajah mirip sekali dengan kakaknya, Kelas 3 SMEA Swasta, murah senyum, mudah bergaul, jarang terlihat marah.

Genduk, pembantu rumah tangga pak guru, orangnya putih, tinggi 155 cm, wajah tidak cantik tapi enak dipandang, pengasuh anak yang baik.

Aku, pria dengan tinggi 178 cm berat badan 55 kg, julukanku si ceking (maklum krempeng sih), aku bukan seorang Superman atau Hercules yang ada di cerita mimpi, aku dilahirkan dengan nama Onorus yang aku nggak pernah tahu apa artinya. Masa bodo yang penting punya nama. Aku saat ini baru kelas 1 SMA Negeri yang jauhnya 7 Km dari rumah Nenekku (rumah yang aku tinggali).

***

Pagi ini aku sudah menyelesaikan karya tulisku yang akan aku serahkan ke panitia lomba karya tulis ilmiah di sekolahku.
Seperti biasa, aku jalan kaki dari rumah ke selter angkot yang akan membawaku ke terminal kota G tempat sekolahku. Aku gunakan jalan pintas, aku menyeberang jalan di depan rumahku trus masuk pekarangan pak Dwi dan lewat samping rumah pak Dwi kemudian lewat pinggir-pinggir rumah orang kampung Sudagaran. Sekitar 200 meter melangkah aku lihat Ani dakocan (abis mukanya imut-imut kaya boneka) sudah menunggu aku (kalau sempat pengalamanku dengan Ani akan aku tulis nanti).
"Pagi can, gimana tidurmu semalam, mimpi tentang aku?" tanyaku setiap pagi saat bertemu akan berangkat sekolah.
"Pasti dong, tidurku nyenyak. Setiap malam dan malam ini sama dengan malam kemarin, aku mimpi indah bersamamu," sahutnya. Dan kami tersenyum kemudian tertawa berdua.
Ani, salah seorang sahabatku dari kelas 1 SD. Jadi di antara kami selalu ada kemesraan. Namun kali ini tidak akan aku ceritakan tentang dia.
Sesampai di selter sudah banyak teman yang menunggu angkot. Jam 07.05 wib kami sudah sampai di sekolah. Tanpa menyia-nyiakan waktu, setelah aku ambil karya tulisku, tas aku masukkan ke laci mejaku dan aku berlari kecil ke ruang panitia lomba. Di sana sudah ada mbak Marlina, yang cantik (menurutku) yang selalu menunggu karya-karya tulis yang akan diseleksi.
"Sudah selesai On, karya tulismu?" tanyanya.
"Sudah mbak," jawabku sambil menyodorkan hasil karya tulisku. Sambil aku menunggu mbak Marlina membaca ringkasan karya tulisku, aku mulai iseng menaksir berapa besar bra yang dipakai. Ah, paling nggak lebih dari 34.

[Komentar : Banyak lelaki yang salah paham dengan ukuran bra. Angka 34 bukan berarti ukuran buah dada, tapi ukuran lingkar dada. Sedangkan ukuran buah dada ditentukan oleh huruf di belakang angka tersebut (sering disebut ukuran cup). Huruf A untuk buah dada yang terkecil (sekepalan tangan anak SLTP), menyusul kemudian B (telapak tangan hampir sulit menutupi seluruh permukaannya), dan C paling besar (sebesar buah kelapa, ha ha ha). Contoh: Buah dada wanita yang menggunakan BH berukuran 34A lebih kecil daripada buah dada wanita yang menggunakan ukuran BH 34B.]

"Apanya On yang tiga empat?"
Wah gawat nih. Tanpa sadar aku terloncat kata sambil membayangkan nomor bra.
"Enggak, enggak mbak, saya cuma mau bilang pada hitungan ke empat saya mau kembali ke kelas kalau tidak ada yang mesti saya tunggu."
"Oh, gitu."
Aku ngeloyor pergi. Belum lima langkah aku menjauh mbak Marlina memanggil. "On, On, kemari dulu."
"Ada apa mbak?" tanyaku.
"Karya tulismu mustinya diketik, jangan pake tulisan tangan kayak begini. Kacau deh nanti kalau juri mau kasih nilai. Mana tulisan kamu kayak sandi rumput". [Wiro: Gue ingat waktu Pramuka dulu gue harus ngapalin Morse supaya bisa baca sandi rumput. Hm, masa kecil yang indah.]
Wah, alamat aku nggak keburu nih ikutan lomba, padahal waktu tinggal 2 minggu lagi. Aku kan nggak bisa ngetik, trus ke mana akan aku ketikkan karya tulis ini. Pulang sambil terus muter kapala, di mana aku harus ngetik, siapa yang harus aku mintai tolong.
"Dik, jalan kok sambil melamun."
"Eh, maaf mbak Nunik saya nggak liat, maaf ya mbak. Oon numpang lewat ya mbak," kataku gugup karena biasanya aku lewat nggak pernah ada orang di pintu samping.
"Tunggu dik Oon."
Aku menghentikan langkahku.
"Sini dulu dong."
"Ya, mbak."
"Apa yang dik Oon lamunin sih, kayaknya serius banget sampe-sampe mbak ada di pintu nggak lihat," tanyanya.
"Anu mbak, saya lagi bingung. Karya tulisku harus diketik sedang aku kan nggak bisa ngetik."
"Gini aja deh, nanti malam mbak tunggu karya tulisnya."
"Terima kasih mbak." Aku nggak berani kasih sekarang, kan nggak etis, kan dia menawarkannya nanti malam.

***

Jam 8 malam aku bawa karya tulisku ke seberang jalan, ke rumah pak Dwi.
"Siapa?" terdengan suara mbak Nunik dari dalam setelah pintu aku ketuk 3 kali.
"Saya mbak," jawabku.
"Masuk aja dik, pintunya nggak dikunci. Duduk dulu ya dik." Ternyata mbak Nunik masih di rumah dalam.
Aku masuk kemudian duduk. Rumah ini rumah kuno yang dari kecil aku nggak berani masuk rumah ini sendirian. Abis kata orang rumah ini angker. Bulu kudukku meremang berdiri, Dingin juga dalam rumah ini. Serem. Kenapa kok orang-orang ini betah tinggal di sini, padahal sejak anak beranak yang punya rumah ini meninggal, rumah ini lama sekali tak berpenghuni. Kalau malam aku nggak berani lewat samping rumahnya, padahal ada lampu. Apalagi di dalam rumah sendirian, bisa mati berdiri.
"Kok ngelamun lagi?"
Jantungku seakan berhenti berdenyut karena rasa kagetku diperparah dengan pakaian yang mbak Nunik kenakan, baju terusan putih denga garis hitam tipis membujur.
"Kok bengong? Kaget ya, atau mbak menakutkan?" lanjutnya.
"Sedikit kaget mbak," jawabku nggak berani menatap mukanya. Aku takut tidak sedang berhadapan dengan mbak Nunik.
"Kok nunduk. Mana karya tulisnya?"
"Ini mbak." Barulah aku mendongak. Aku terpana sesaat. Ternyata bedanya mbak Nunik dengan kakaknya hanya warna kulitnya saja. Mbak Nunik tidak secoklat ibu Ning.
"Oke deh, mbak janji dalam waktu satu minggu karya tulismu selesai."
Dia berjanji menyelesaikan, setelah aku bacakan karya tulisku dan kapan aku musti harus mengumpulkannya.
"Saya pulang dulu mbak."
"Malam Minggu kok pulang cepet-cepet, baru jam sembilan."
"Kanthong udah nunggu di teras buat main gitar."

***

"On, pernah ngintip orang lagi kuda-kudaan belon?" tanya si Rully Kanthong Nerre sambil sejenak dia berhenti memetik gitarnya. Aku bukannya suci tapi kalau ngintip orang lagi begituan, aku takut kalau ketahuan. Lebih-lebih aku takut kalau aku malah kepingin. Trus nanti bagaimana, sedang aku ingin menjaga perjakaku sampai lulus sekolahku.
"On, denger nggak?" desaknya. Aku diam.
"On, aku doain kupingmu torek seumur umur."
"Eh, aku denger thong!"
"Nah gitu dong. Diajak ngomong kok cuma diem, sentil-sentil gitar mulu." Mungkin dia sebel kali.
"Iya emang siapa yang main, kok kamu intip?"
"Pak Dwi sama adik iparnya."
"hah! yang bener Thong."
"Kau sudah lihat pak Dwi pulang saat kau di sana?"
"Sudah ada di rumah kok."
"Bu Dwi kan siang tadi pulang ke Yogya sama Genduk dan si kecil, nah pasti malam ini kita punya malam Minggu yang panjang, sambil nonton live show. Jam berapa sekarang?"
Kacau juga nih Kanthong sohibku.
"Jam setengah sepuluh."
"Wah, pertunjukan pasti sudah dimulai."
Kami berkemas, kemudian berangkat 'berburu', istilah baru yang aku dapat dari sohib, senjata yang dia bawa 2 buah jarum kasur.
"Jangan berisik, jangan nafsu, jangan ..."
"Sudah, mau berangkat apa tidak?"
"Olesin bagian badanmu yang terbuka dengan remasan daun ini, untuk mengusir nyamuk yang suka ngeganggu orang lagi asik," dia nyerocos terus.
Sesampai di samping rumah pak Dwi (bukan yang biasa aku lewati), tepat di bawah jendela kamar tengah Aku dan Kanthong menaruh potongan kayu nangka yang diambil dari belakang rumah yang biasa dipakai duduk-duduk keluarga Dwi di sore hari.
Kanthong menusukkan jarum kasur yang dia bawa ke daun jendela kemudian menariknya. Ternyata seberkas cahaya lampu menerobos ke luar. Dia berikan isarat untuk memegang jarum dan sesuatu yang terbawa, kemudian dia mengambil jarum yang lain dan melakukan hal yang sama. Tanpa dikomando lagi aku dan dia melihat lewat celah yang ada di depan mata kami.

***

"Ach, mas jangan dimasukkan dulu, aku belum siap."
"Ngapain tadi Oon datang ke sini?"
"Ada order ngetik karya tulis."
"Berapa dia mau bayar?"
"Seratus lima puluh ribu rupiah."
"Ya sudah, nanti aku bantuin ngetiknya."
Sambil mataku terus mencari di sebelah mana asal suara di keremangan kamar yang jelas-jelas aku kenal suara itu, aku sambil mengingat-ingat kapan mbak Nunik minta bayaran Rp 150.000,-. Seingatku dia hanya mengatakan seminggu lagi pasti beres. Aku tidak menemukan jawaban di mataku. Kanthong membisikkan agar aku lebih konsentrasi agar bisa melihat.
"Nik, sebaiknya dinyalain aja ya?"
"Tapi aku malu mas."
"Ah, kau malu seperti baru pertama kalinya."
Sejenak aku melihat bayangan berjalan dan lampu menjadi terang. Aku meneguk liurku yang kering. Sempurna! Aku melihat dengan jelas mbak Nunik tergolek tanpa busana dengan tetek yang membusung menantang. Torpedo pak Dwi mencuat menantang. Dia naik ke ranjang. Aku lihat dengan jelas tangannya meremas tetek kiri Nunik, yang diremas memejamkan mata sambil tangan kirinya menggapai torpedo pak Dwi.
"ough Nik, jangan terlalu keras."
Ciuman pak Dwi mendarat di putihnya tetek kanan Nunik. Oh, bukan ciuman, ternyata sedotan yang makin lama semakin rakus melahap tetek Nunik. Ah, Juniorku ikut-ikutan mengembang.
"Mas," desahan Nunik sayup-sayup sampai di telingaku.
Disusurinya belahan dada Nunik, turun ke perut dengan tangan kanannya tetap memerah gunung yang semakin mencuat. Tangan kanan Nunik sudah berada di bongkahan gunung sebelah kanan dan tangan kirinya menjambak rambut pak Dwi. Kini aku melihat betapa rimbunnya hutan yang berada di selangkangan Nunik saat kaki-kaki Nunik membentang. Kepala pak Dwi menyusup di antaranya. Aku nggak tahu apa yang diperbuat. Yang kini aku lihat Nunik begitu menikmati sambil kedua tangannya meremas sendiri kedua gunungnya.
"Ach mas, aku nggak tahan."
"Sekarang Nik?"
Pak Dwi mengambil sesuatu dari samping kepala Nunik, kemudian disobek dengan satu tangan dan mulutnya. Itukah yang namanya kondom? pikirku. Aku tidak tahu gimana cara pakainya. Yang kini aku lihat torpedo sudah terbungkus selaput tipis. Pak Dwi mengarahkan torpedonya sambil tangannya mengangkangkan kedua kaki Nunik. Hanya sekejap kemudian hilang tertelan memek Nunik.
pak Dwi diam sesaat. Nunik membuka matanya sambil terus memijit puting teteknya yang mencuat.
"Mas, kita dosa sama mbak Ning."
"Jangan berfikir dia kalau kita sedang begini, Nik."
Aku lihat pantat pak Dwi naik turun ibarat orang sedang memompa. Cukup lama aku melihat adegan ini, tiba-tiba mereka berguling dan Nunik ada di atas.
"Oh, Nik, nikmat sekali."
Tetek Nunik bergoyang seirama dengan naik turun badan dan rambutnya yang tergerai di punggungnya, menambah sensasi keindahan.
Aku melihat badan Nunik melengkung ke belakang. Juniorku makin keras dan makin terasa sakit karena himpitan jeans yang aku pakai. Selang beberapa lama.
"Nik, aku mau keluar Nik."
Nunik turun dari tempatnya kemudian tangan kirinya memegang pangkal torpedo pak Dwi dan tangan kanannya mengurut batang torpedo. Hap, seiring dengan tergulungnya kondom dan terlepas, mulut mungil Nunik langsung menyambar torpedo. Pak Dwi dengan sigap berdiri di atas tempat tidur dengan torpedo masih dalam kuluman Nunik. Kepala Nunik maju mundur sambil tangan kirinya mengendalikan kedalaman masuknya torpedo. Aku lihat ini karena tepat di samping mereka, aku tidak berkedip memandang keindahan tubuh Nunik.
"Ah, Nik. Aku mau keluar Nik!"
Aku tidak tahu nunik dengar atau tidak tapi aktivitasnya tidak berhenti. Pak Dwi aku lihat seperti orang terpanggang kaku kemudian.
"Oh Nik..."
Nunik berhenti sesaat seolah meneguk sesuatu, dan kembali beraktivitas. Pak Dwi terlentang kembali. Torpedo masih mencuat, kemudian Nunik kembali merangkak dan memasukkan torpedo ke memeknya dan dia berirama seolah sedang menggerus sesuatu dengan memeknya. Akhirnya Nunik tertelungkup diatas pak Dwi. Aku tidak mendengar lagi kata-kata yang saling dibisikkan.

***

"Ayo Thong kita pulang," bisikku pelan.
Dia mengangguk. Aku berjalan pulang yang hanya sekitar 50 meter dari rumah pak Dwi. Aku bayangkan gimana kalau aku yang main sama mbak Nunik, tapi aku masih terlalu hijau untuk itu, walau pas foto aku sudah pernah lakukan.
Di tembok jembatan rumahku dia masih sempet bilang sambil masing-masing pegang gitar.
"Ada satu Alu tiga Lumpang."
"Hah......???????"

Tante Ira, Beby dan Sumirah

0 komentar
Akhir pekan ini aku uring-uringan banget, abis Beby pacarku 3 bulan terakhir ini, kayanya ada gejala menjauhi aku... beberapa kali kupergoki jalan sama Teddy anak arsitek itu... en beberapa kali kutelpon selalu maminya bilang kaga’ ada, malah tante Ira mami si Beby bilang,
" Udah, kalo mau main dateng aja...ntar juga pulang, tungguin aja Bon..." kata tante Ira lembut.
Nggak tau Jack... malem ini, angin apa yang niup mobilku buat parkir di depan rumahnya.. pikir-pikir asyik juga kok ngobrol sama tante Ira... biar kata udah 40 tahun tapi bisa ngobrol gaya anak muda.. itu aja dasar pemikiranku...
" Eeeeeiiiii.... anak muda... gitu dong apelin tante sekali-sekali... " sambut tante Ira ramah banget. Coca cola dingin yang disajikan si Sum babu centil itu hampir tandas, tante Ira nggak muncul-muncul katanya mau ganti baju dulu. Akhirnya kusosot habis juga minuman itu setelah kuputuskan mau jalan aja...
"Bonny... naik aja, ngobrol di atas aja yuuk.. " kudengar panggilan tante Ira dari lantai atas, dilantai atas memang ada ruangan yang dibikin home theatre... beberapa kali kusetubuhi Beby di ruangan itu sambil nonton BF... tentu saja waktu nggak ada tante Ira. Benar saja tante Ira sudah menunggu di ruangan itu... busyyyeett.. tau nggak Jack... aroma parfum mahalnya semerbak lembut memenuhi ruangan itu... dan yang bikin biji mataku hampir meloncat keluar pakaian yang dipakai doi... gaun panjang transparant, mirip gaun tidur, aku yakin tante Ira nggak pake daleman alias BH en celana dalem, sebab di bagian itu bakal kelihatan bayangannya kalo doi pake... agak canggung juga pada awalnya, palagi ketika tante Ira menumpangkan kaki satunya di kaki yang lain, pahanya kebuka, ternyata gaun itu berbelahan samping sampai ke pinggang. Tapi gaya ngobrolnya yang santai membuatku agak santai juga walaupun mata ini lebih sering menatap karpet atau langit-langit rumah, sebab menatap kedepan yang kutemui kalo nggak paha panjang berkulit mulus, atau buah dada montok dengan puting susu yang tercetak jelas di balik kain transparant itu.
"Kamu kenapa siih... kaya orang kedinginan..." tegurnya melihatku yang salah tingkah.
" Iya tante ACnya dingin banget..." jawabku asal kena, tapi memang di ruangan itu kurasakan dingin sekali.
"Tante punya minuman sampagne, mau kamu Bon...? lumayan buat anget-anget..." Katanya sambil membuka kulkas di sudut ruangan... wooow... ketika kulkas terbuka aku menyaksikan silhoutte tubuhnya yang terbentuk karena sinar terang dari dalam kulkas menghilangkan bayangan kain transparant. body yang sempurna dan memastikan perkiraanku bahwa tubuh berbody gitar ini tanpa pakaian dalem, bahkan kulihat bayangan rambut kemaluannya, karena tante Ira berdiri agak mengangkang, agak lama juga kunikmati pemandangan ini.setelah menuangkan minuman dijatuhkannya pantat montoknya di sebelahku.
"Ayo anak muda, demi kehangatan tubuh..." kata tante Ira sebelum kita toast.... kuteguk setengah gelas sampagne,... busyet... doi segelas disikatnya sampagne itu tandas... kuikuti aja toh rasanya enak nggak kaya minuman keras lainnya... nggak lama gelasku penuh lagi, karena tante Ira menuangkan lagi minuman enak itu... sampai beberapa kali.
"Gimana Bon..? sudah hangat tubuhmu...?" tanya Tante Ira.
" Iya tante apalagi deket tante... jadi hangat..." Aku tak menduga jawabanku menjadi kacau begitu, tapi aku heran tante Ira malah ketawa geli dan tubuhnya makin mepet ke tubuhku.
" Kamu pikir tubuh tante ini kompor, bakal ngangetin masakan...? kamu deket tante aja hangat, apalagi nempel pasti mendidih... hi... hi... hi... " kepalaku yang mulai pusing akibat minuman, makin pusing aja sebab toket montoknya dengan kekenyalannya menempel ketat di dadaku, sementara kepalaku diusap-usapnya manja.
" aduuhhh... kalo ini sih nggak mendidih lagi, tubuh tante bagai kompor listrik yang rusak... jadi bikin korsleting..." jawabku ngawur. Tante Ira ketawa ngakak... jari jemarinya yang indah menelusup dan menggelitik masuk ke dadaku, matanya bersinar binal menatap wajahku dengan gemas. Kesadaranku mulai goyang, entah kapan mulainya tahu-tahu di layar lebar home theatre itu sudah terpampang adegan mesum dari film BF, dan baju hemku sudah terbuka seluruh kancingnya sehingga dadaku terbuka lebar... uuiihhh... buah dada tante irapun sudah terbuka sebelah dan kini menggesot-gesot dadaku... entah siapa yang memulai, bibir kami berpagutan, lidah tante Ira menggeliat liar melata masuk ke mulutku, membelit lidahku dan dengan gemas kuremasi buah dadanya yang ternyata memang mengkal menggemaskan.
" kamu nakal Bonny... harus diajar sopan... " desisnya sambil diremasinya selangkanganku, bahkan dengan lincahnya ikat pinggangku berhasil dilolosinya dan mencuatlah kejantananku dari balik celana jeansku.
"Iiiihhh... kamu malah nantangin ya...?" celoteh tante Ira disela-sela dengus nafasnya yang memburu penuh nafsu, sambil meremasi kontolku yang sudah setengah ngaceng... dadaku diciumi dan dijilatinya, aku menikmati aksi itu sambil tanganku tak lepas meremasi buah dadanya yang memang montok dan kenyal, sesekali kupelintir-pelintir puting susunya.... wow... alamak... berbarengan dengan adegan di film, tante Ira kini juga sedang mengulum dan menjilati kepala kontolku, membuatku menggeliat dan mengeram penuh kenikmatan, kulihat wajah tante Ira berbinar senang melihat ekspresiku merespon aksinya, sesekali batang kemaluanku yang sudah 100% ngaceng ini ditimang-timangnya dengan ekspresi wajah gemas penuh nafsu...
"Mmmm... mantap sekali Bonn... tante suka yang macam begini..." sejenak dikocok-kocoknya batang kemaluanku dan kembali dikemotnya.
" Iiiihh... keras banget Bon... gede lagi... tante jadi ngeri dehh... mmmm... ccllp... clpp" kuamati saja tingkah wanita setengah baya ini sambil kunikmati aksi oral sexnya yang canggih.
" Boon... tante juga mau digituin... " rengeknya manja sambil berdiri, langsung saja kusergap selangkangannya karena dengan aku duduk di sofa rendah itu wajahku tepat di depan bukit vaginanya yang di selimuti rambut subur tercukur rapi.
" Aiiihh..! kamu nggak sabaran deh... " protesnya centil, namun selanjutnya dengan posisi berdiri tante Ira mengatur posisinya dengan lihay, kaki kirinya ditumpangkan di sandaran sofa, sehingga wajahku tepat diantara selangkangannya
Wuuiiihhh... tercium semerbak bau harum, begitu selangkangan tante Ira mengangkangi wajahku, entah parfum merek apa yang memproduksi parfum memek... segera aku beraksi menunjukkan kecanggihan oral sexku... kudaratkan ciuman dan jilatanku ke seputar bukit vagina yang sudah menggembung gemuk akibat gairah seks yang meningkat.
" Booonnn... geliii doong sayaang... iiihhh... kamu nakal banget...." tante Ira mulai gemas karena lidah dan bibirku belum juga singgah di tempat yang dimauinya... pinggulnya bergerak gemulai mencari titik kenikmatan.
" Eiiihhh...! yaaa... Bonny... disituuu... nikmat banget Booonnn..." celoteh tante Ira, begitu ujung lidahku menyambar clitorisnya yang mengintip malu-malu... Rupanya tante Ira bukan seorang yang penyabar... rambutku direnggutnya sehingga kepalaku terkunci dan dengan mengerang-erang histeris dibesot-besotkanya clitorisnya kemulutku...
"Hiiiii...! kamu nakal Booonn... hhooo... inii nikmaatnya bukan maenn... sayaang..sssshhhh..." volume suara tante Ira makin meninggi sehingga lebih mirip teriakan... Pada suatu kesempatan, butir clitoris yang makin mengeras itu kukulum lembut dengan bibirku, kusedot-sedot lembut sambil lidahku mengusap-usap mesra...akibatnya sungguh hebat.. diiringgi lenguhan panjang, tubuh sintal tante Ira mengejang...
" Uuuuuuunnnggghhh....! Boooonn... kamuu pinteeerrr dehhh...!! ooooowww...!!" sebuah ekspresi khas wanita mencapai orgasme ditunjukkan oleh tante Ira, tubuhnya menggelejat, bagai tak terkontrol...
" Iiiihhh... tak kusangka... kamu pinter mainin tubuh perempuan... bocah ganteng..." bisik tante Ira sambil menggelendot manja di pangkuanku, setelah disambar badai orgasme...
" Tapi saya yakin tante jauh lebih pinter dari saya, makanya saya pingin diajarin..." jawabku sambil sesekali kukecupi bibir manisnya.
" Eeeh... kamu percaya nggak sih... dengan oral sex, jarang banget tante bisa orgasme, seumur-umur bisa dihitung jari deh...ini siiihh... bibir kaya begini ini yang bikin tante lemes sebelum tempuuurr... " bibirku dijewer mesra... matanya menatap bibirku penuh hasrat birahi, sampai bibir manis yang setengah terbuka itu gemetar menahan gemas... akhirnya dengan penuh luapan birahi, bibirku dilumatnya habis-habisan... kembali dengus nafas betina tante Ira menderu, menuntut penuntasan. Tubuh sintal yang duduk mengangkangi pangkuanku itu bembesot-besotkan buah dada mengkalnya ke dadaku dan menggoser-goserkan bukit vaginanya ke batang kemaluanku... wajahku habis dihujani ciuman penuh birahi... serta leherku dikecupinya denga liar, terasa celekat-celekit di seputar kulit leherku... pantat montoknya yang bergerak gemulai, kuremasi dengan gemas... jari tengah dan telunjukku merambah liang sanggama tante Ira yang ternyata sudah kembali licin dan kurasakan kembang kempis seolah menanti mangsa.
" Boonny... c’mon baby... kita mulai permainan yang sesungguhnya... tante siap menghajar si bontot yang bongsor ini..." bisik tante Ira sambil meremasi batang kemaluanku yang ready combat. Dengan posisi tetap saling berhadapan, tante Ira mengangkang di pangkuanku... batang kemaluanku
dituntun ke liang cintanya yang sudah menganga menanti mangsa... bibir manis tante Ira bergerak-gerak ekspresif mengiringi usahanya menjejalkan batang kemaluanku ke liang sanggamanya, ujung batang kemaluanku digesek-gesekkan ke bibir vaginanya sambil sedikit demi sedikit ditekan.
" Si bontotmu bandel banget... susah disuruh masuk... " bisik tante Ira.
" Punya tante kelewat rapet siih.." jawabku
" Bisa aja kamu, si bontot ini yang kegedean..." sahut tante Ira sambil menggigit bibir bawahnya dengan alis mengerinyit... ketika kurasakan kepala kontolku sudah amblas di jepitan liang sanggama tante Ira... ketika batang kemaluanku masuk setengahnya... kembali ditarik keluar... kemudian masuk lagi, begitu beberapa kali diulang-ulang dengan hati-hati dan aku nggak boleh bergerak oleh tante Ira, ternyata akhirnya habis juga batang kemaluanku ditelan liang sanggama tante Ira... pinggul montok tante Ira mulai bergerak dengan mata setengah terpejam serta bibirnya mendesis lirih... besutan perdana otot vagina tante Ira pada batang kemaluanku sangat nikmat, kurasakan seperti pijitan bidadari... gerakan pinggul tante Ira makin cepat dan makin kuat dan pijitan bidadari itupun semakin menjadi-jadi nikmatnya, aku masih belum mengadakan counter attack... kulampiaskan kenikmatan ini pada sepasang payudara montok yang bergerak-gerak di depan wajahku, kukulum dan kusedot bergantian sepasang puting susu berwarna coklat gelap yang mencuat keras.
"Hooo..! hhooo..! hhh...hhh... nikmat bukan main Booonnn.! oooohhh..!" kembali volume suara tante Ira meninggi... dan makin tinggi..mendorongku untuk menyambut goyang gemulai pinggul tante Ira, kuayunlah pinggulku... sekali, dua kali, tiga kali...dan ke delapan kali ayunan pinggulku...
"Ooooww..! yaa..! yaa..! oooo... my God..! Booonnny..! tante...nggak...tahaaann..!" Suara tante Ira atau lebih tepat disebut teriakan, terdengar parau.Wajah manis tante Ira menegang... bibirnya gemetar... giginya terdengar gemerutuk, cengkeraman tangannya pada pundak dan pinggangku mengencang sehingga kurasakan kuku-kuku jarinya yang panjang menembus kulitku... Tepat pada ayunan pinggulku yang ke sepuluh...
"Aaaaaaaakkkkkkhhhh.....! ya ammppuuunn Boooooonnnyy...!" Teriakan panjang itu mengiringi tubuh sintal Tante Ira sejenak meregang kuat, kemudian menggelejat liar, bagaikan sekarat... ayunan pinggulku kupercepat dan kuperkuat, sehingga terdengar suara ceprat-ceprot dari selangkangan kami... Sesaat kemudian tubuh sintal yang bergerak liar itu menelungkup lunglai di atas tubuhku.
"Terus..kan.. jangan hhh...berhenti...hh..hh Bon... ganti..an tante di..di bawahh... gilaa lemesss bangeth..hh..hhh" bisik tante Ira ketika aku menghentikan ayunan pinggulku... kulihat betapa lunglai tubuhnya.. Kurebahkan tubuh tante Ira di karpet...
"Ayo sayaang.. masukin lagi, hajar tante sepuasmu... " walau dengan suara lirih tapi nadanya penuh tantangan... membuatku bersemangat lagi dan kembali batang kemaluanku menyungkal selangkangan tante Ira...
" Iiihh.. letoy amat siiihhh..." cela tante Ira ketika dirasakan sodokan kontolku setengah-setengah... akupun meningkatkan speed dan power
" Eh..Eh..hhhh... Tante... ya...kin kamu bisa lebih kuat... lagi Boon..." walau dengan kondisi lunglai dan pasrah, kata-kata tante Ira masih bernada tantangan dan membuatku agak panas juga...kuperkuat dan kupercepat rajaman kontolku menghajar liang sanggama tante Ira.
"Aaaihh..! gilaa... hhhooo... sss... ayyyoo Booonn... lebih dalammm..!"Dengan celotehnya yang aneh, kata-katanya keras penuh tantangan,namun rengekannya bernada memelas dan memilukan, entah bagaimana yang dirasakan tante Ira... yang jelas kubaca ekspresi wajahnya nampak menahan sesuatu... entah sakit atau enak dan tubuh sintalnya kembali menggeliat-geliat tak beraturan
" Ooooohhh...! ooooww...! C’mooon baby... jangan letoooyyy... keras... keras...! yaa.. lebih keraaaasss...Oooouugghh..!"akhirnya aku tak peduli lagi... kujawab tantangan tante Ira, dimana kini aku sudah tanpa ampun menghajar liang selangkangan yang terkangkang lebar... kukerahkan seluruh kemampuanku untuk menambah kekuatan dan kecepatan ayun batang kemaluanku keluar-masuk liang sanggama Tante Ira, walaupun kulihat air mata Tante Ira bercucuran bercampur keringat dengan gigi menggigit kencang ujung sprei, walaupun begitu suara celotehnya tak berubah...ditingkahi rengekan yang mirip suara tangis...
"Ampppuunn..! oohh.. oooww.. oooouugght..!! " game point akhirnya tercapai dengan kuberi score 3 orgasme untuk tante Ira, sedangkan pointku 1 kumuntahkan spermaku yang hampir 3 minggu mengendap, ke buah dada tante Ira dan matanya yang nanar menatap dengan saksama proses menyemburnya spermaku yang sangat kental di permukaan kulit buah dadanya yang putih mulus.
"Sss...oooohhh.. iiihhh kental banget Boon...sampe lengket " desis tante Ira ketika dengan tangannya mengusap ceceran pejuhku merata ke permukaan tubuh bagian depannya..
" Boon..nny... tante lemes banget nih... nggak bisa bangun... tolong dong ambilin air es di bawah..." suara tante Ira kudengar lirih dan agak serak, kulihat wajahnya pucat pias dengan sorot mata yang nampak kuyu kehabisan tenaga... tubuh sintal yang mulus tampak berkilat oleh basahnya keringat dan pejuhku... tergolek telentang tak berdaya di karpet ruangan. Ketika aku sedang memilih botol air mineral yang paling dingin di dalam kulkas, telingaku menangkap suara aneh... kucari arah suara sayup-sayup itu... ternyata dari arah dapur di balik dinding ruang makan ini... karena penasaran kucari pintu ke arah dapur... kudapatkan lubang penghubung dari dapur ke ruang makan yang biasa untuk lewat makanan... dengan sedikit mengendap-endap, kudapatkan sumber suara itu... edaann..! gimana nggak edan..? kalian tahu broer... Sumirah... pembokat tante Ira, sedang nungging di meja dapur dengan tubuh bagian bawahnya telanjang, sambil merintih-rintih sendiri... tau nggak lagi ngapain do’i..? lagi masturbasi jack..! gue bilang edan, karena masturbasinya pake dildo alias ****** mainan, dapet dari mana pula si Sum ini... Gila... ngaceng lagi ngeliat gaya si Sum... eh gue ngga nyangka tubuh pembokat ini begitu mulus, kulihat dari pantatnya yang bulat dan bahenol itu sangat mulus bersih... aahh sial aku harus balik ke atas tante Ira pasti nunggu minumannya..
dengan rasa sayang kutinggalkan pemandangan langka di dapur. Di ruang Home Theatre kulihat posisi tubuh tante Ira tak berubah, telentang bugil di karpet ruangan... ternyata si tante tidur pulas banget, berkali-kali kugoyang-goyang tubuhnya sambil kupanggil namanya, bergerakpun enggak... iih.. kaya’ mati tidurnya... tiba-tiba kuingat sesuatu.. langsung aku cabut lagi kebawah... tau dong ente broer... kuintip lagi adegan di dapur... asyiik masih lanjut.. langsung aku menuju pintu dapur dengan langkah hati-hati... Si Sum terjingkat kaget ketika tahu-tahu aku sudah di ruangan dapur.. dengan wajah merah padam perempuan muda ini gugup berusaha menutupi bagian-bagian tubuh bahenolnya yang telanjang... he..he.. rok bawahannya ada di bawah kakiku... akhirnya dengan dengan kain lap piring do’i tutupin selangkangannya yang sempat kulihat jembutnya sangat subur membentuk segitiga kebawah..
"Eeehh... terusin aja Sum.. gue cuma pengen nonton aja... atau mau gue bantuin..." kataku sambil cengengesan... sambil kudekati tubuh bahenol yang meringkuk mojok... mendengar gurauanku rupanya cukup menenangkan hati si Sum yang aku yakin pasti kaget, malu jadi satu
" Mas Bonny, bikin kaget... sih.. nakal banget.." sahutnya lirih, sambil beringsut mengambil rok bawahannya.
" Mau bantuin malah dikatain nakal, gimana siih..?" selakku sambil kuikuti langkahnya...
" Kalo mau bantu... ya nggak disini.." sahutnya dengan suara setengah-setengah, namun matanya mengerling menantangku dengan isyarat ajakan, sebelum kabur keluar dari dapur... Dugaanku tepat do’i masuk kamarnya, dan dugaanku tepat lagi ketika kubuka, pintu kamar itu tak dikuncinya... sengaja... kulihat si Sum tengkurap di ranjang. Aku benar-benar sudah mata gelap... semenjak kontolku dibikin ngaceng oleh aksi masturbasinya tadi, aku naik ke ranjangnya... kusingkap rambut yang menutupi tengkuknya dan kukecupi tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus... tubuh bahenol si Sum bergidik karena ulah nakalku...
" Mas Boonny... gangguin orang aja siih..." Sum merengek manja, namun tak berusaha menghindari kecupan-kecupanku di tengkuknya, malah kuarahkan kecupan dan jilatanku ke punggungnya yang berkulit bersih, setelah kupelorotkan blouse merahnya. Sumirah perempuan 27 tahun bertubuh sedang, badannya subur, namun tak bisa dibilang gemuk, lebih tepatnya bahenol... karena memang kemontokkan payudaranya sedikit di atas rata-rata, dan perempuan ini memiliki pinggang yang cukup ramping, ditopang pantatnya yang bulat serta kemontokan tubuh bagian ini juga agak di atas rata-rata. Wajah..? tidak mengecewakan, bahkan jika didandanin... nggak kalah deh sama Jihan Fahira. kelebihan lain si Sum, adalah genit dan centilnya yang minta ampun... paling nggak tahan melihat lelaki tinggi gede dengan kumis dan jambang dicukur kasar dan tubuhnya banyak bulu.
"Lubangmu udah basah aja siih.." tanyaku setelah jari tengahku merasakan licinnya liang sanggama si Sum.
" Iiihh.. ya jelas dong... seandainya di dapur tadi mas Bonny nggak gangguin, saya udah dapet lho..."
" Ntar gue gantiin 5 kali lipet... langsung gue masukin aja ya..?"
" Saya takut sama nyonya lho mas.."
" Do’i pules banget tidurnya... makanya cepetan gue masukin ya..?.." kataku sambil kusodok-sodokkan kontolku ke selangkangannya.
" Iiiihh ngeriii... gede bangeethh..." desis Sum centil, ketika batang kemaluanku bagai ular merayap di sela-sela pahanya yang masih merapat...
" Gue tanggung bakal mantap deeh..." kataku meyakinkan, sambil tak henti-hentinya tanganku meremasi payudara Sum yang sudah mengembang dan mengeras...
"Sssshhhh.... mas Bonny... asal bikin Sum... puaaas kaya nyonya ...." rengeknya manja sambil menggeliat gemas merasakan nakalnya kuluman bibirku pada puting susu kirinya... Sum mulai membuka pahanya, kubesut-besutkan batang kemaluanku yang sudah membengkak itu ke bibir vagina si Sum... wooow... si Sum mulai membalas seranganku... dihujaninya leher dan dadaku dengan kecupan dan gigitannya... jari-jari tangannya meremasi otot punggungku.
"Eeehhh... hhh... nngghh... maaasss... Sum udaah nggaakk tahann..." rengek Sum di sela-sela dengus nafasnya yang tak beraturan... aku tahu apa yang diinginkannya, tanpa dikomandoi kami segera pasang posisi.... Sum menekuk kedua kakinya yang mengangkang ke atas, sampai lututnya menyentuh payudara, sehingga bukit vaginanya tengadah ke atas dan bibir vagina yang berwarna merah segar dan basah, tampak merekah bergerak kembang kempis seolah menantangku... sejurus kemudian jari-jari lentiknya melebarkan bibir vagina tersebut... giliran aku sekarang yang nggak sabar... dengan posisi setengah berlutut kujejalkan kepala batang kemaluanku kesasarannya... seperti yang sudah kubayangkan... liang sanggama si Sum tak muat dijejali kepala kontolku... lagi-lagi aku diharuskan sabar... apalagi kulihat si Sum meringis kesakitan ketika kucoba memaksakan kepala kontolku untuk menembus liang sanggamanya... maka kugunakan cara yang dipake tante Ira tadi...
"Oookh..! maaass...! sa..sakkiiit..." keluh si Sum memelas... dengan ekspresi meringis menahan sakit, ketika kepala kontolku berhasil menembus masuk.
" Tahan Suum... hhh... " keringat berhamburan dari pori-pori tubuh kami, dalam upaya penembusan di pintu nikmat...akhirnya diiringi rintih sakit dan usaha keras... amblas jugalah batang kemaluanku di liang becek di tengah selangkangan si Sum... kudengar si Sum membuang nafas lega dan menjatuhkan kepalanya ke ranjang... sesaat kemudian si Sum menyatakan siap tempur, aku memulainya dengan meludahi arena pertempuran, untuk membantu pelumasan.
"Ooohk.. pelan maass...sss ho’ooo iyaaahh.. " pelahan tapi pasti, kesulitan mulai berkurang dan sedikit demi sedikit kenikmatan mulai terasa...dibandingkan dengan postur tubuhku, tubuh si Sum nampak kecil... tapi tubuh kecil si Sum ternyata menyimpan energi luar biasa, dan tak kusangka ternyata tubuh bahenol ini sangat lihay memainkan jurus-jurus goyang dan geol yang cukup menunjukkan bahwa si Sum ternyata berpengalaman ngeladenin syahwat lelaki... semua variasi geraknya memberikan kenikmatan untukku... sementara si Sum sendiri terbaca dari ekspresi wajah dan gerak maupun ekspresi suaranya, sangat menikmati serangan olah sanggamaku
"Heh... hh.. heh... mas Boo..nny Sum ndak bisa nahan lebih lama... barenggiin yaa..? tahhan... maass... hajar lebih daleemm lagi..." Ekspresi wajah dan gerak si Sum mulai gelisah... kubaca kondisi ini dan keluarlah aji pamungkasku... kedua tangan Sum kutekan ke ranjang sehingga terkunci nggak bisa bergerak lalu dengan kedua kakinyapun kubuat terbatas gerakannya... mulailah ayunan pinggulku kupercepat dan kuperkeras... kepala batang kemaluanku merajam tanpa ampun dasar liang sanggama Sum dengan kecepatan semakin tinggi dan hajaran semakin keras...akibatnya... tanpa dapat ditahan tubuh bahenol Sum menggelejat liar melepas orgasme.
"Oooowwwhhhh..mas...mas...massss Boonn..nnyy.. nnnggghhh...!" lenguhan panjang mengiringi lepasnya kenikmatan seksual seorang wanita... aku masih stabil mengayun dengan hi speed dan hi power.... dengan posisi tetap terkunci kulihat kembali wajah Sum menegang dengan mata membelalak menatapku seolah takjub...
"Ooooww...! hoooohhh... maaaassss... Suumm dapettt lagggggiii!" tubuh bahenol si Sum kembali kelojotan hebat disambar orgasme keduanya... pada saat itu si Sum masih berusaha menundukkan kesaktian kejantananku dengan menggeol pinggul sejadi-jadinya.
"Woooohhh...! ayooo... keluariiin... mmaass..hhhhiihh..!" seru si Sum dengan wajah penasaran... liang sanggama yang semula seret dilalui batang kemaluanku, kini terasa licin dan begitu loncer, sampai mengeluarkan suara ceprat-ceprot, karena membanjirnya cairan vagina si Sum akibat dua kali orgasme.
"Gimana Sum..? hhh... masih pingin dapet lima kali.." tanyaku sambil masih mengayun kemaluanku memompa liang sanggama si Sum yang semakin becek.. kali ini ayunanku tak sekencang dan sekuat tadi.
"Ngghh... bisa semaput mungkin... wih.. wih mas Bonny kaya badak... kuat banget..." jawab si Sum sambil mengulumi puting susuku dan kurasakan pinggulnya bergerak lagi.
"Maass... ntar pejuhnya keluarin di sini yaa..?" kata si Sum sambil menjulurkan lidah panjangnya.
Sekali lagi tubuh si Sum menggelepar gila disambar orgasmenya yang ketiga, dan kira-kira 2 menit kemudian saatkupun tiba... kuhajar liang sanggama si Sum dengan kejamnya, menjelang muncratnya sang bubur sumsum... dengan gerakan yang sangat kompak dalam mengatur posisi... akhirnya muntahlah lendir syahwatku ke rongga mulut si Sum dan disambut dengan sangat rakus oleh wanita berbody bahenol ini, bahkan disedot-sedotnya batang kemaluanku sampai benar-benar kering spermaku.
"Iiih... mas Bonny ternyata jagoan ******* lho... seumur-umur baru sama mas Bonny ini Sum bisa keluar berturut-turut... iiiihhh... ngeriii deeh.."kata si Sum menyatakan kekagumannya, sambil menyisir rambut hitamnya didepan cermin.
"Kenapa kok ngeri...?" tanyaku sambil mencari kemana jatuhnya celana dalamku.
" Kalo ketagihan gimana...? enaak banget siih.." si Sum membungkus tubuh bahenolnya dengan handuk.
" Selama pusaka gue masih bisa ngaceng, lu pingin dapet enak berapa kali gue kasiih.."sahutku sambil mengenakan celanaku.
" Iiiihhh... dasar lelaki... ngomongnya doang... kaya mas Bonny ini, pertama anaknya disosot, terus nyokabnya digagahi pula... eh.. eh... babunyapun dihajar juga..!" kata si Sum sambil ketawa genit.
" Sialan lu... siapa suruh mengumbar memek sembarangan. Eh... Sum lu punya ******-kontolan beli dimana lu...?"
" Oooohh.. dari nyonya, dulu Sum pacaran sama Supar tukang siomay... ketahuan nyonya, saya lagi dientot di garasi... nyonya takut Sum meteng... lalu Sum dilarang pacaran sama Supar..."
"Hubungannya ama ****** mainan itu apa..?"
" Sum bilang, kalo 3 hari nggak dientot lelaki, Sum suka pusing dan uring-uringan... terus itu dikasih mainan itu sama nyonya... lumayan bisa dipake kapan saja Sum pengen..." Celoteh Sum sambil menimang-nimang dildo pemberian tante Ira...Tepat jam 24.00 gue balik ke ruangan Home Theatre... kulihat tubuh tante Ira masih belum berubah posisinya... benar-benar pulas tidurnya, Gue duduk di sofa sambil menikmati Coca cola kaleng yang gue bawa dari bawah... duduk di ruangan ini gue jadi inget waktu hubungan gue ama Beby lagi hot-hotnya... di ruangan ini pula pertama kali gue setubuhin tubuh montok Beby... setelah kena gue bo’ongin...gue inget itu setelah 2 minggu gue resmi macarin do’i...
" Beb... nonton VCD aja yuuk... gue baru dapet kiriman dari Anto’ temen gue yang di Amrik... " Setelah hampir 2 jam ngobrol berdua di ruang tamu.
" Ah elo, udah bosen ya ngobrol ama gue? ditonton di rumah kenapa..?" Sahut Beby sengit.
" Beby, karena gue pengin nonton berdua ama lu... gue rasa lu juga suka..."
" Iiih sok tau deeh... emang lu tau film kesukaan gue....? ayyooo deh sayyyaangg... gitu aja ngambek.." Beby bangkit dari duduknya sambil merapikan blouse dan roknya yang sempat gue bikin lecek saat session peluk, remas dan cium selama setengah jam... yang akhirnya bikin gue horny berat berkepanjangan... udah gue niatin bahwa malam ini, gue harus bisa meranjangkan Beby... bosen aja lebih sepuluh malem gue dibikin horny lewat peluk, cium dan remasan-remasan di ruang tamu rumahnya... nggak tuntas friend... kalo nggak nyokabnya lewat, si Sum sambil nyeletuk jorok...
"Oooh my God... lu tau aja Bon film kesukaan gue..." bisik Beby yang duduk di sebelah gue.. setelah seperempat jam film terputar...
" Itu salah satu bentuk perhatian gue ke orang yang gue sayang..." sahutku spontan... padahal sungguh mati tau juga enggak kalo Beby suka film-film yang agak jorok, seperti film VCD yang gue pinjem dari Tedjo temen gue.
" Cuma gue nggak tau kenapa lu suka dengan film begini Beb..?" tanya gue lembut.
" Karena gue kepengin jadi cewek dalam film itu.." jawab Beby dengan suara mendesah, gue menangkap nyala gairah dalam kerling matanya yang sekejap menyambar mata gue... gue tangkap isyarat itu... gue peluk tubuh Beby dengan lembut... " Gue akan mewujudkan apa yang lu pingin..." Sahutan gue segera disambutnya dengan ciuman bibir yang hangat... bibir kami berpagutan dengan gairah yang mulai menggelegak, lidah dalam rongga mulut kami saling belit dengan liar... gue rasain desah nafas Beby mulai tak beraturan,
tangan gue mulai gerayangan masuk kebalik blouse Beby, tubuh sintal Beby menggeliat dan mendesah lirih ketika tangan gue mengelus kulit pinggangnya dan bergerak menggelitik punggungnya, kembali tubuh sintal ini menggeliat resah mendesak ketubuh gue disertai remasan gemas pada otot punggung gue... gue ngerasain kekenyalan payudara montok gadis berdarah Menado ini... sekali sentil lepaslah kaitan BH berukuran 36B di punggung Beby...
" Oooohhh... Boonnyy..." desahnya lirih dengan mata setengah terpejam
" Sayaangg..." sahut gue pendek
" Lu bandel..." katanya sambil merenggut T-shirt gue lepas dari tubuh... dan gue juga ngelakuin hal yang sama.... mata gue nanar ngeliat kemulusan tubuh atas Beby yang baru kali ini gue liat seutuhnya, payudaranya yang montok nampak mengkal mengeras dengan puting susu berwarna merah tua tampak mencuat ke depan... Gila bener gue ga’ sabar friend... gue sosot aja langsung puting susunya sebelah kiri....gue mainin lidah gue disitu.
" Ooooww.. my god... Bonnny lu emaaangg bandelll..." tubuhnya menggerinjal keras. posisi tubuh Beby kini duduk mengangkang di pangkuan gue, saling berhadapan... Tubuh indah Beby hanya terbalut CD mini berwarna hitam... ooo... friend tangan gue kaya nggak bosen ngeremesin payudara indah Beby yang sangat montok dan kenyal bak karet... gue yakin ekspresi wajah Beby menunjukkan rasa kenikmatan... dan gue juga yakin do’i pasti suka... sebaliknya dengan liar do’i membalas dengan ciuman-ciuman yang variatif pada leher dan muka gue... dada bidang gue tak lepas dari remasan atau lebih tepatnya cakaran jari jari lentik berkuku panjang itu.. nafas betinanya mendengus tak beraturan... tangan gue mulai merayap ke balik CD hitamnya dan gue remasi pantat besarnya yang terus di goser-goserkan ke tubuh gue... gue temuin lubang anusnya... sejenak gue elus-elus dan bergerak lagi sedikit gue ketemu sekumpulan rambut halus yang lumayan lebat... jari gue menerobos rerimbunan rambut kemaluan Beby... sampai gue temuin belahan bibir vaginanya... ternyata udah basah licin...jari gue bergerak menggelitik syaraf-syaraf perasa pada kulit bagian ini.
"Booonnny.!! terusin...!!! sayannnnggg gue pengin tuntasin hasrat ini..." suara Beby bergetaran parau merespon aksi jari gue di selangkangannya. Gue rebahin telentang tubuh Beby diatas sofa hitam Beby pasrah ketika CD hitamnya gue lepas, waoow.. manakala sepasang kaki panjangnya direntang lebar... mempertontonkan bibir vagina yang merah basah dikelilingi rambut kemaluan yang rimbun terpotong rapi... tanpa banyak cincong kusosot pangkal selangkangan indah itu, gue mainin tarian lidah di antara bibir vagina yang beraroma khas...
"Sssss...hhhoooo..! " pinggul besar itu bergerak gemulai menyesuaikan dengan tarian lidah gue, diiringi rintih dan desah yang menggambarkan kenikmatan birahi seorang wanita, lidah gue menari lincah membesut liar klitoris yang kian membesar dan mengeras... jari tengah gue menyelinap diantara bibir vagina dan langsung memasuki lorong berlendir licin... Beby mendesah panjang manakala jari tengahku yang panjang dengan nakalnya menggelitik dinding liang cintanya.... tangannya menggapai selangkanganku yang sudah menggembung, akibat desakan kemaluanku
" Booonnyy... gue pingin punya lu... iiihhh... keras banget... gede nggak Bonn...?" sambil ngoceh nggak jelas, Beby dengan cekatan berhasil menelanjangi gue, posisi kita menjadi 69, kembali gue dengar teriakan kagum dari Beby yang kini gue yakin sedang berhadapan dengan to’ol gue yang panjang maksimumnya 18cm dengan diameter 5.5cm.
" Gilaaaa... baru kali ini gue temuin musuh seseram ini... gue suka Bonnn.... gue nggak sabar pengin segera ngerasain, yang segede lu punya.. iiihh keras lagi" kata Beby dengan suara mendesis bernada kagum, ooow maak.! batang kemaluan gue dihajar bibir indah yang rada dower milik Beby, lidahnya dengan lincah menjelajahi area selangkangan gue, bahkan dubur gue nggak luput dari aksi lidahnya yang liar dan nakal... dalam posisi 69 ini, serangan balikku tak kalah galak... klitorisnya kukenyut-kenyut dan kuoles-oles lembut dengan sapuan lidahku... sementara jari tengahku menjelajahi liang becek menggelitik syaraf-syaraf birahi di seputar dinding liang sanggamanya...
" sssh.. sss ampuun Boonn...! ooowww gue nggak tahan... hh hh.. gue pengen... orgasme dengan si bongsor ini..." seru Beby dengan suara gemetaran, gue belum jawab, Beby sudah merubah posisi.. Do’i rebah telentang di sofa dengan sepasang kaki panjangnya terentang lebar, mempertontonkan anatomi rahasianya... sepasang bibir vagina yang merah basah menggembung gemuk, bergerak kembang kempis menanti mangsa, dikelilingi rambut-rambut halus yang lumayan lebat... matanya yang agak sipit menatap gue dengan tajam penuh ketidak sabaran...bibirnya yang dower seksi monyong-monyong seakan memprotes gue yang lelet..
" Booonn... hhh...hhh... ayo sayaaangg.. lu juga bakal gue kasih nikmatnya olah cinta gue... mmm...ooohh..." suaranya mendesah dan mendesis, sambil jari-jari tangan kirinya mengelusi kadang menjebirkan bibir vaginanya yang sedower bibir atasnya... Dengan gaya yang sangat cool gue berlutut diantara pangkal pahanya... gue remas sepasang payudara montoknya dengan dua tangan... cewek Fak. Ekonomi setahun di bawah gue ini mengeram resah... hhmmm sepasang kaki panjangnya bergerak menjepit pinggangku , sehingga bibir vaginanya yang licin menempel erat ke batang kemaluanku yang mengacung galak... kemudian dibesot-besotkannya belahan bibir vaginanya yang basah dengan liarnya... matanya tampak mengerinyit kesal.
" Bonny lu nakal banget siiih... " protesnya
" Gue suka ngeliat cewek yang nggak ketahanan nafsunya... bikin gue tambah terangsang.." sahut gue kalem, sambil mata gue menatap matanya penuh arti.. kepala batang kemaluan gue yang mirip topi baja itu gue oles-olesin di sepanjang belahan bibir vagina Beby sampai menyentuh klitorisnya yang mengintip malu-malu, disambut desah resah, pinggul montoknya yang terus bergerak, bergoyang dan menggeol gemulai oooh merangsang sekali, wajah gemasnya terpancar jelas lewat sinar matanya yang agak sipit... ekspresi bibir dowernya, kadang bibir bawahnya digigit, monyong-monyong atau meringis memperlihatkan giginya yang beradu dengan rahang mengeras... mmm...ssss kali ini gue yang nggak tahan melihat ekspresi wajah Beby yang sangat natural
Gue arahin ujung topibaja kemaluan gue ke pintu liang sanggama Beby... dan langsung gue ayun masuk, tubuh Beby menggerinjal.
" Akkhh..!" serunya tertahan, wajah Beby gue lihat meringis kesakitan dan mata sipitnya terbeliak menatap gue.
" Pelan-pelan sayaang... gue makin nggak sabar... ayo lagi.." desisnya penuh penasaran.. Gue ulangi langkah pertama tadi, dengan agak hati-hati... beberapa kali ujung topi baja ****** gue kepeleset ke samping atau kebawah.. walaupun ludahku berhamburan di pintu liang sanggama untuk membantu melicinkan jalan masuk yang sempit... beberapa kali gagal membuat Beby tambah semangat... dikangkangkannya selebar mungkin pahany a dan kedua tangannya menahan kakinya...
"Yaaa....! tekaaannnn... hoo’o...ssss.. aahhh..! Boonny tahann..." dengan ekspresi yang sulit gue ceritain.. Beby memberi aba-aba... dan gue berhenti mendorong sementara topi baja itupun amblas..gue lihat nafas beby tersengal sengal dengan keringat mulai berhamburan membasahi tubuh mulusnya...
" Dorooongg lagi... dengan lembut saayyyaangg....ooookkkhhh..!" kembali gue bergerak dan berhenti ketika gue lihat telapak tangan kanannya membuka lebar seperti memberi kode berhenti... setengah panjang batang kemaluanku kini amblas tertanam di pusat selangkangan Beby.
" Siapa takuut..?" bisik Beby... setelah beberapa saat tubuhnya tak bergerak bagaikan mati dengan nafas tersengal-sengal... matanya yang sipit menatap gue penuh tantangan... tiba-tiba gue rasain gerakan lembut seakan mengurut dan menarik batang kemaluan gue yang amblas di liang sanggama Beby... ternyata Beby menggunakan otot perutnya, membuka jalan masuk batang kemaluan gue ke dasar liang sanggamanya, gue sedikit bergetar dengan kenikmatan yang gue rasain dan akhirnya amblaslah hampir seluruh otot tegang di selangkangan gue tertelan liang cinta di pusat selangkangan beby...
" Ayo jantan... berdansalah di atas tubuh gue.." bisik Beby sambil lidahnya yang runcing panjang menggapai daun telinga gue...dengan gerakan coba-coba kuayun lembut pinggul gue..keluar dan masuk... Beby mendesah dengan mata setengah terpejam.
" Nikmat Beby sayang..?"
" Bukan main... otot jantan lu memenuhi liang cinta gue, teruskan sayaang jangan ragu.."desah Beby dengan mata masih terpejam tampak menikmati, sambil menggerumasi rambut gondrong gue. Tarian pinggul gue, disambut desah dan desis kenikmatan disertai remasan lembut jari-jari lentik Beby pada segenap otot punggung gue, dan gue nikmatin jepitan liang sanggama yang sempit. gue tambah power dalam ayunan pinggulku...disambut rintihan manja Beby dan jepitan itupun makin nikmat gue rasakan.
" Bonny...oohh... otot jantan lu menggelitik seluruh... syaraf liang cinta gue..." mendengar respon Beby dansa gue tambah ekspresif...
"Yaaahh..! Booonny... lu galak bangeeettt... gue sukaa sayaang... yaaa... terus.. Boonnn..!"suara Beby meninggi dan gue rasakan pinggulnya mulai bergoyang bertanda otot elastis liang sanggama Beby mulai bekerja... selanjutnya gerakan tubuh kami yang menyatu semakin liar. Pinggul gue mengayun menghantar rajaman kejam kepala batang kemaluan ke dasar liang sanggama Beby, tanpa ampun... sementara tubuh sintal di bawah tubuh gue pun menunjukkan perlawanan gigihnya, pinggul bulatnya tak hentinya bergoyang dan menggeol gemulai mengcounter serangan gue, agaknya Beby mulai mengeluarkan jurus-jurus goyang pinggul simpanannya... dari yang rasanya ****** gue kaya dikemot-kemot mulut ompong sampe yang rasanya ****** gue dilipet-lipet didalam liang sanggamanya... pokoknya semuanya ampun deh nikmat bener... wajahnya kadang beringas menatap gue penuh dendam... kadang matanya menatap wajahku dan seolah mengatakan rasakan goyang pinggul gue..! kadang dengan mesra kecupan bibir dowernya menjelajahi leher dan dada gue... bahkan desahan panjang bernada putus asapun sempat keluar dari mulutnya.
" Lu... oohh... hh.. hh.. e... emang pejantan sejati Bonn... hh..uuhh..." rengek Beby menunjukkan kegeraman, mata sipitnya menatap mata gue dengan sinar mata gemas, menyusul meredanya goyang pinggul Beby yang bak pusaran angin puting beliung...
" Gue nikmatin keliaran lu sayaang..." gue perlambat ayunan pinggul gua...
" Gue yakin... lu bangsa pejantan yang tahan lama gue suka hh..hhh.. bikin gue nikmat dengan gaya yang lain Bonn..." desisnya dengan sinar mata sipitnya yang tajam, tubuh bahenol itu melepaskan diri dari himpitan gue... Tubuh indah itu berdiri mengangkang menghadap TV monitor raksasa, kedua tangannya mencengkeram erat frame besi TV monitor tsb. setelah pantat bulat itu ditunggingkan.
"C’moon honey, hajar gue dari belakang..." mata sipitnya melirik ke arah gue yang masih telentang di sofa sambil mengocok batang kemaluan gue sendiri agar terjaga kengacengannya, gue ngeliat bentuk shilhoutte tubuh Beby yang menggeol-geolkan pinggulnya di depan TV monitor yang sedang menyuguhkan gambar wajah 3 orang wanita yang sedang berebut sperma yang berhamburan dari sebatang ******... Singkat kata denganpose itu Beby gue hajar habis-habisan, tubuhnya yang tergolong tinggi memungkinkan untuk itu, tubuhnya meliuk-liuk dengan erangan-erangan tak lagi ditahan.
"Booonnn...! Haaaa...rrgghh..! hhhhoooo... gueee..! saaaammmpeeee laaggiii... Aaaaarrrrggghh..!" Tubuh indah ini menggelejat hebat untuk ke 2 kalinya... tanpa berhenti gue hajar lebih gila lagi....nggak sampe 30 detik setelah orgasmenya yang ke tiga...
"Ooooohhh shiiit...! ammpppuuunn.. Boonn gue dapeeeeeett laggggghhhooooowww..!!!" kali ini kedua tangannya menggapai ke leher gue dan tubuhnya bergantung pada tubuh gue.. setelah tubuhnya berhenti menggelejat bak orang sekarat dengan suara seraknya melolong penuh kegemasan...
" Gue isep aja ya sayy... gue nyeraah deh... hhh.. hh" bisiknya lemah.. ditengah nafasnya yang belum beraturan... iiihh, pucet banget mukanya...apa boleh buat... malem itu peju gue berhamburan di wajah Beby....itupun tanpa sempet ngebersihin peju gue yang belepetan di wajahnya... langsung pules do’i ketiduran... ya uddeh.. gue cabut aja.
setelah gue selimutin tubuh bugil Beby cewek gue... Sambil siul-siul kecil gue turun tangga, busyeet di anak tangga ada onggokan pakaian dalem perempuan... seinget gue Beby gue telanjangin di ruang Home Theatre... sayup-sayup gue denger... busyet ga’ salah orang lagi ML... langsung gue ngendap-endap mencari sumber suara... untung tempat gue bediri agak gelap...naaahh... ketemu lu... whaaattt??? nyokapnya Beby... lagi disetubuhin laki-laki yang gue kenal karena beberapa kali ketemu di rumah ini...
" Aaaahh... Deeenn... tunggguu dooonngg..!" keluh Tante Ira dengan nada kecewa dan gue lihat laki-laki itu mencabut kontolnya dari memek Tante Ira dan semburatlah peju kental diatas perut Tante Ira banyak sekali... namun tanpa respon dari Tante Ira...
" Sooorry hh...hhh... sayaaanng Abang ngggak tahann..." kata Oom Deden dengan nafas ngos-ngosan...
" Sorry...? uuuh sebel masak udah hampir seminggu gue nggak dapet juga... udah abang coli aja di rumah...uuuuh..!!" Tante Ira meninggalkan Oom Deden yang bengong. Mata gue mengikuti langkah gemulai Tante Ira yang telanjang bulat memasuki kamar mandi .... alamak... tubuh wanita setengah baya itu ga’ kalah sama anak gadisnya.... toketnya yang besar tampak mengkal dan masih kencang tegak, dan tubuhnyapun tampak masih singset tak berlemak.... kulihat oom Deden menyusul ke kamar mandi yang memang tak terkunci... kesempatan buat gue merat keluar rumah. Udah deh sejak saat itu Beby bagaikan tersedot magnet, lengket ama gue terus.



Bonus
Crot di PosKamling

Sosis BerJilBab
Dr. Ella Mantabs

Get paid To Promote at any Location
Copyright © Cerita S3X